Recent Blog Post

New Post!

  •           Aku tau apa yang bapak arahkan ke aku dan adik-adikku tidak akan pernah menjadi sesuatu yang sia-sia. Semua itu bapak lakukan semata-mata hanya ingin melihat kami menjadi orang yang berpendidikan dan tentu saja lebih baik dari dirinya saat ini. Namun, beberapa hari ini aku merasa bahwa aku memang benar-benar anak yang tidak menghargai segala sesuatu yang dilakukan oleh bapak dan mamakku. Aku terlalu meremehkan kerja keras mereka. Menganggap semua yang mereka lakukan dan mereka berikan kepadaku didapatkan dengan mudah. Aku tidak pernah memikirkan seberapa banyak keringat orang tuaku yang telah bercucuran dibawah terik matahari  hanya untuk melukiskan masa depan yang indah untuk aku nikmati esok hari. Aku tidak bisa membayangkan betapa kecewanya mereka jika apa yang mereka lukis tidak sesuai dengan apa yang mereka angan-angankan. Angan-angan akan kesuksesan yang dapat dicapai oleh aku dan adik-adikku.
              Beberapa hari yang lalu aku pulang ke rumah, sudah lama sekali rasanya aku tidak mendengar suara mamaku membangunkanku di waktu subuh, tidak melihat bapak menyiram tanaman-tanaman yang mulai layu di sekeliling rumah, melihat adik pertamaku hanya berdiam diri di kamarnya dan sesekali melatih pergelangan tangannya agar tetap lihai mengayunkan raket dan memukul cock, dan yang paling aku rindu dari rumahku saat ini adalah suara tangis adikku yang baru berumur 1,5 tahun, adik kecil yang dulu tidak aku inginkan kehadirannya saat ini menjadi adik kecil yang ingin kucium setiap saat. Kata orang, adikku jauh lebih cantik dari aku, kakaknya. Ah, tak apa. Mana peduli aku dengan kata orang. Yang aku pedulikan saat ini hanyalah masa depanku, kebahagiaan bapak dan mamaku, juga masa depan adik-adikku. Jika kau bertanya kenapa masa depan adik-adikku, maka jawabannya adalah perkataan mamaku saat aku duduk di semester awal perkuliahan “nanti kalo adikmu kuliah, kamu yang membiayai semuanya. Bapakmu nanti pasti sudah tua dan tidak mampu lagi untuk menguliahkan adikmu”. Insyaallah. Jika Allah menghendaki aku pasti akan menyekolahkan adikku semampu dan sebisaku. Doakan.
    Apapun yang terjadi padaku saat ini tidak pernah lepas dari campur tangan Allah. Semua sudah diatur sedemikian rupa jauh-jauh hari sebelum aku dilahirkan ke bumi sebagai seorang Firda Nurdiana melalui perantara orang tuaku. Bapak dan mamakku diberi amanah untuk menjaga dan mendidikku supaya menjadi sebaik-baiknya manusia. Dan tentu saja, orangtuaku sudah melakukan itu semua. Mereka mengajariku banyak hal dan selalu mengingatkan  bahwa ilmu dunia dan akhirat harus seimbang.
    Saat aku duduk di bangku SD dulu, bapak selalu mendaftarkanku les Bahasa, membelikanku berbagai macam buku  bahasa Inggris (Namun sayang, yang terbaca hanya dua buah buku :’)), dilatih badminton almost every night dan tekadang sampai aku terlelap di samping lapangan karna terlalu lelah menunggu bapak selesai bertanding dengan teman-temannya. Like a homeless haha.
    Bahkan, saat ini bapak masih belum puas dengan pencapaianku yang lumayan mengusai Bahasa Inggris, bapak tidak ingin aku berpuas diri hanya dengan itu. Bapak selalu bilang “Kamu harus tau, beberapa tahun ke depan, China akan mengusai perdagangan dunia. Kamu harus bisa bahasa Mandarin”. Aku selalu mengiyakan apa yang dikatakan bapak, karna itu memang benar. Hingga akhirnya, beberapa bulan yang lalu bapak mendaftarkanku untuk ikut les bahasa yang lumayan rumit itu. Namun lagi. Aku menyia-nyiakan semua itu. Aku hanya datang 3 minggu pertama sejak les itu dimulai. Selebihnya? Kau bisa tebak sendiri apa yang terjadi.
    Aku cukup merasa bersalah pada bapak. Aku selalu berbohong saat bapak bertanya bagaimana perkembangan bahasa mandarinku. Aku selalu mengatakan semua baik-baik saja seolah-olah aku selalu datang di setiap pertemuan lesku. Padahal nyatanya? Tidak. Aku lebih mementingkan kesenanganku sendiri, aku memilih bermain badminton dengan teman-temanku, window shopping untuk menghilangkan kepenatanku pada tugas-tugas kuliah dan berusaha melupakan permasalahan dengan berbagai macam hal  yang ku rasa menyenangkan.
    Entah sampai kapan rasa bersalahku pada bapak akan mengendap dalam pikiranku. Mungkin besok, lusa? Ah entahlah. Tapi aku yakin, suatu hari yang entah kapan aku pasti bisa membuktikan pada bapak bahwa aku bisa dan tidak mengecewakan. Doakan.


    Bukit Jimbaran, 27 Februari 2018


    A Guilty Daughter

    Maafkan Aku, Ayah :(



  • Apa kabar lelakiku? Bagaimana keadaanmu? Seberapa menyenangkan harimu tanpa hadirku? Aku yakin kau sedang baik-baik saja dan harimu tentu amat menyenangkan bersamanya yang lebih mampu menciptakan zona bahagia dalam hidupmu. Kau tau? Di belahan dunia yang tak kau ketahui, aku menyimpan sejuta rindu untukmu, rindu yang tak pernah terungkap olehku, berbagai macam kerinduan yang kusimpan tak pernah mampu kau terjemahkan. Tak mengapa bila kau tak mampu untuk itu. Sebab dalam hidupmu, aku hanyalah perindu yang tak tampak dalam lintas bahagiamu. Tapi taukah kau? Kau adalah satu-satunya kaum Adam yang mampu melintasi jalan bahagiaku tanpa perlu kau taati rambu-rambu dalam lintas itu. Kau melintas saja sudah cukup bagiku. Sebab, kau adalah sumber bahagia dalam lintasanku. Sungguh, aku sangat merindu. Mungkin jika merindumu harus kubayar dengan rupiah, maka aku adalah wanita dengan hutang terbanyak sebab aku merindumu di setiap saat dalam hidupku.
    Beberapa hari ini, aku bak seorang penguntit dalam hidupmu, apa yang kau lakukan selalu menjadi suatu ketertarikan tersendiri untuk melewati hari. Meski dengan mengetahui apa yang kau lakukan hanya menambah goresan luka. Kau tak akan pernah sadar seberapa dalam luka ini telah menggoresku, kesadaranmu saat ini hanya kau limpahkan pada seseorang yang bahkan tak tau bagaimana kau melalui harimu, bagaimana kau melalui saat tersulitmu. Kurasa dia wanita yang beruntung, karna kau selalu membagi sebagian besar bahagiamu padanya. Sedangkan  aku? Aku hanya wanita bodoh yang berusaha untuk selalu ada ketika kau membutuhkan seorang untuk berbagi kepedihan. And it’s enough to know that you’ve been owned, really enough to tear me apart.
    Jika boleh, aku ingin kau menyampaikan salamku pada wanitamu saat ini, katakan padanya bahwa dahulu aku adalah wanita yang selalu ada untukmu dan sangat mencintaimu namun tak sempat untuk memilikimu karna kau lebih memilihnya untuk menemani harimu. Semoga bahagia selalu menyertaimu dan kekasihmu. Dan semoga Tuhan mengirimkanku seseorang yang mencintaiku dan semoga aku bisa mencintainya lebih dalam dari cintaku padamu dahulu.

    With love,

    Firda Nurdiana.

    Sepucuk Surat Tak Sampai

  • Premenstrual syndrome (PMS) refers to physical and emotional symptoms that occur in the one to two weeks before a woman's period. Symptoms often vary between women and resolve around the start of bleeding. Common symptoms include acne, tender breasts, bloating, feeling tired, irritability, and mood changes. -Wikipedia-
    Ini pertama kalinya gue ngerasain what others girl feel. u know what? yaps! PMS. Jadi, selama kurang lebih 8 tahun gue ngalamin menstruasi dan rutin setiap bulannya, kali ini gue baru bener-bener ngerasain yang sering dibilang sama cewek-cewek pada umumnya, cewek-cewek yang sering banget emosi kalo mau dapet (read: menstruasi), badmood berubah setiap saat dan segala macamnya. IDK why, mungkin sebelumnya gue juga pernah PMS gini, tapi gue gak sadar atau gak peka atau mungkin emang PMS yang sbelum-sebelumnya gak separah yang gue rasain sekarang ini. Demi apapun, since 2 days ago, I see people arround me look like  monsters, annoy me everytime, break ma mood, then badmood mode is on 24 hours and so on. Sekecil apapun mereka becandain gue, gue bawaannya emosi, kesel, intinya beberapa hari ini sampe detik gue nulis ini gue lagi badmood banget.Contoh kecil deh, gue beberapa kali nulis kata 'LOL' disetiap kali ada lelucon group chat temen2 kelas gue, then one of them comment 'fir, kenapa pake LOL sama LMAO terus sih? lo baru tau kata-kata itu yah?' suddenly good mood changed into the worst mood. yakeles banget lah kalo gue baru tau kata-kata begituan. Dan sekarang lagi ada lomba futsal di fakultas gue, kelas gue masuk final dong. tadi di parkiran fakultas gue udah bilang ke temen-temen gue if i'm gonna wacht them di final. But, something happened and broke my mood, again. hmm. That's why I prefer stay in my room to waching them playing futsal. 

    Today's Diary

  • Beberapa postingan sebelum ini gue sempet nyoba buat nulis dengan menggunakan kata 'aku-kamu'. Karna gue pernah merasa sudah menjadi orang yang cukup dewasa dan sudah waktunya untuk menulis dengan kata-kata yang setidaknya lebih dewasa juga. Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, kata 'aku-kamu' dalam sebuah tulisan tidak mampu untuk mendeskripsikan kedewasaan seseorang. Jadi, gue memutuskan untuk kembali menulis seperti biasa dan tidak mencoba untuk menulis dengan beberapa kata yang gue rasa 'agak' dewasa, seperti di postingan sebelumnya. 
    Gue sempet beberapa kali mulai nulis lagi di blog ini, tapi semua tulisan gue hanya berakhir sebagai sebuah draft yang tersimpan dengan rapi dan tidak pernah terjamah kembali. Banyak yang pengen gue tulis dan ceritain. Saking banyaknya, gue bingung untuk mulai nulis cerita yang mana dulu. Semua kisah yang singgah di hidup gue akhir-akhir ini punya ketertarikan yang saking menariknya gue sampe bingung buat ceritainnya ke siapa. Sedangkan gue sendiri tipe orang yang paling gak bisa pendem sesuatu sendiri, apapun yang gue tau dan rasain biasanya gue ceritain ke orang-orang yang gue anggap mampu untuk menerima segala yang gue ceritain, ke orang sekeliling gue yang mau  memberikan sedikit space dalam pikirannya untuk memikirkan sedikit tentang apa yang gue ceritain. Okay, all I wrote above gue rasa cukup untuk basa-basi. Tapi jujur, gue masih bingung mau nulis apa. Sebenernya, gue pengen nulis sesuatu yang lebih bermanfaat dari pada hanya sekedar nulis ma daily life which is not important for u and of course it just waste ur time when u guys reading ma story LOL.
    well, gue bingung mau nulis apaan. i think dats enough. see ya.

    Aku-Kamu Vs Lo-Gue

  • Awal minggu di penghujung bulan. Senin, 31 Oktober 2016.
    Tak bisakah aku menghentikan waktuku barang sedetik saja? Aku lelah untuk terus merasakan terlalu banyak beban pikiran. Segala jenis masalah berkecamuk memenuhi otakku. Tak menyisakan sedikitpun celah untukku bernafas lega. Akhir bulan yang mengenaskan kurasa. Ya, akhir bulan memang selalu menjadi hari-hari naas bagiku, hari-hari yang tak diharapkan kedatangannya bagi seorang mahasiswa di tanah rantau sepertiku. Mahasiswa yang mulai lelah untuk segala kegiatan kemahasiswaan. Berbagai macam kepanitiaan yang kujalani tak berjalan maksimal. Kau tau mengapa? Karna aku mulai lelah, mulai bosan dengan semuanya. Sejenak terlintas untukku mengakhiri segala rutiinitas kemahasiswaan ini, karna  aku bukan seorang yang terdahulu, yang ingin mengikuti segala jenis kegiatan, memiliki banyak teman dan mengumpulkan pengalaman untukku ceritakan kelak kepada siapapun. Dan itu hanyalah aku yang terdahulu, yang melakukan segala sesuatu dengan ambisi, aku di masa kini hanyalah seorang yang melakukan segalanya bak seorang kuli pemikul beras. Memikul beban yang teramat berat.
    Terkadang aku ingin sekali meluapkan segala amarahku, segala beban yang tersimpan sejak dahulu, tapi aku tak pernah menemukan sandaran yang tepat untukku berkeluh kesah dan menangis pilu. Hanya sandaran yang kubutuhkan, cukup sandaran saja, cukup seorang yang menemaniku, mendengar isak tangisku yang pilu. Aku tak perlu solusi atas segala yang kurasakan ini. Hanya teman untuk bersandar. Hanya itu.


    Feeling Burden

  • - Copyright © Firda Nurdiana - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -